Tanamkan Cinta Batik Pada Generasi Muda Dengan Pelatihan Membatik
Tanamkan cinta batik pada generasi muda, Kelurahan Kebonsari Kulon bersama Pokmas Srikandi menggelar pelatihan membatik bagi pemula di aula Kelurahan Kebonsari Kulon pada Sabtu (29/4)
pelatihan batik kebonsari kulon
Tanamkan
cinta batik pada generasi muda,
Kelurahan Kebonsari Kulon bersama Pokmas Srikandi menggelar pelatihan membatik
bagi pemula di aula Kelurahan Kebonsari Kulon pada Sabtu (29/4) pagi. Dihadiri oleh
20 orang peserta yang terdiri dari karang taruna, posyandu remaja, serta
perwakilan pokja 3 PKK Kebonsari Kulon. Camat
Kanigaran membuka acara didampingi Lurah Kebonsari Kulon, Babinsa, Ketua LPM,
serta Nico Sawiji, narasumber sekaligus owner Poerwa Batik.
Dalam
sambutannya Agus Rianto, Camat Kanigaran berharap kegiatan ini dapat
menumbuhkan rasa cinta dan bangga pada batik sebagai warisan budaya bangsa. “semoga
para peserta pelatihan yang hadir bisa mengerti dan memahami tata cara membatik
serta mencintai Batik” ujarnya. Hal senada juga disampaikan Titik Herawati,
Ketua Pokmas Srikandi, “Batik perlu untuk dilestarikan dengan cara merasa cinta
dan bangga dengan berbusana batik, kegiatan pameran/ peragaan busana batik
serta diadakannya pelatihan membatik di lingkungan masyarakat terutama kaum
muda. Minimnya minat anak muda terhadap batik apalagi menjadi pengrajin batik
menjadi latar belakang kami menyelenggarakan kegiatan ini ” terangnya. Selain
itu kegiatan ini juga ditujukan untuk meningkatkan kemampuan wirausaha UMKM
bidang seni batik.

Secara
etimologi kata batik berasal dari bahasa Jawa, yaitu”tik” yang berarti titik /
matik (kata kerja, membuat titik) yang kemudian berkembang menjadi istilah
”batik”. Di samping itu mempunyai pengertian yang berhubungan dengan membuat
titik atau meneteskan malam pada kain mori. Menurut KRT.DR. HC. Kalinggo
Hanggopuro dalam buku Bathik sebagai Busana Tatanan dan Tuntunan menuliskan
bahwa, para penulis terdahulu menggunakan istilah batik yang sebenarnya tidak
ditulis dengan kata”Batik” akan tetapi seharusnya”Bathik”. Hal ini mengacu pada
huruf Jawa ”tha” bukan ”ta” dan pemakaiaan bathik sebagai rangkaian dari titik
adalah kurang tepat atau dikatakan salah. Berdasarkan etimologis tersebut
sebenarnya batik identik dikaitkan dengan suatu teknik (proses) dari mulai
penggambaran motif hingga pelorodan. Salah satu yang menjadi ciri khas dari
batik adalah cara pengambaran motif pada kain ialah melalui proses pemalaman
yaitu mengoreskan cairan lilin yang ditempatkan pada wadah yang bernama canting
dan cap.
Nico
sawiji memaparkan jenis batik berdasarkan masa yaitu batik klasik, batik tradisional,
serta batik kontemporer. Sedangkan jenis batik berdasarkan teknik pengerjaannya
yaitu batik tulis, batik cap, batik lukis, serta tiruan batik. Adapun alat yang
disiapkan untuk membuat batik antara lain canting, kompor batik, kuas,
plagrangan, gawangan, bak pewarna, timbangan serta kompor lorod. Sedangkan bahan
yang digunakan yaitu kain, malam, pewarna batik serta pengunci warna.

Ia pun menjelaskan tahapan membuat batik dari membuat pola, pencantingan / proses membatik, proses pewarnaan, proses fiksasi warna, nembok (proses penutupan motif yang sudah diwarna menggunakan malam), proses pewarnaan dasar, proses fiksasi warna dasar serta proses pelorodan. Selanjutnya
peserta dibagi menjadi 10 kelompok, 1 kelompok terdiri atas 2 orang untuk membatik.
Langkah pertama yaitu menjiplak pola diatas kain yang sudah disiapkan. Nico memperhatikan
dan memberi arahan bagaimana cara menjiplak pola yang benar. “ menggambar dialas
yang datar, garisnya harus penuh, jangan putus – putus” jelasnya. Para peserta pun
mengikuti arahannya dengan antusias.