Kebonsari Wetan - Camat Kanigaran, Agus
Rianto membuka pelatihan budidaya tanaman hidroponik atau biasa dikenal dengan tanaman
buah dalam pot (tabulampot) di aula kelurahan Kebonsari Wetan, Senin (20/3). Kegiatan
ini dihadiri oleh 25 orang kader PKK dan KWT.
Metode budidaya (tabulampot) dibuat untuk menjawab tantangan keterbatasan lahan. Amilia Juniarti, Narasumber dari Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Probolinggo (DKPPP) menjelaskan beberapa jenis tabulampot dengan kategori mudah berbuah diantaranya jeruk, belimbing, sawo, mangga, jambu biji dan jambu air.
“Tanaman yang sulit berbuah antara lain rambutan, lengkeng, manggis, duku dan jambu biji. Sedangkan tanaman alpukat dan durian masih belum berhasil berbuah optimal dalam lingkungan tabulampot,” ujarnya.
Setidaknya terdapat tiga tujuan pemangkasan tabulampot yaitu pemangkasan bentuk, pemangkasan produksi dan pemangkasan peremajaan. Pemangkasan bentuk dilakukan untuk membentuk tajuk baru dan mengatur postur tanaman agar sinar matahari bisa menembus semua bagian tanaman. Selain dua fungsi itu, pemangkasan bentuk juga terkait dengan estetika.
Salah satu teori umum, lanjut Amilia, dalam memangkas bentuk tabulampot adalah 1-3-9. Artinya, dalam setiap 1 batang primer terdapat maksimum 3 batang sekunder dan dalam 1 batang sekunder maksimum terdapat 3 batang tersier. Batang yang dipilih untuk dibiarkan tumbuh adalah yang sehat dan kuat, sekaligus juga memiliki unsur estetika pada tanaman.
“Pemangkasan produksi berkaitan dengan fungsi produksi
tanaman. Pemangkasan dilakukan terhadap tunas air untuk merangsang pembungaan.
Selain itu, pemangkasan dilakukan terhadap batang yang terlihat berpenyakit,”
jelasnya.
Terakhir pemangkasan
peremajaan, dilakukan terhadap tanaman yang telah tua. Pada tabulampot
yang sudah tua biasanya dilakukan penggantian media tanam dan pot (repotting).
Pada fase ini, beberapa cabang perlu dipangkas. Bahkan pada kasus-kasus
tertentu hanya menyisakan batang primer saja. (Ff/Sit)